• Wednesday, 11 July 2012

    Kisah Hikmah Baja yang PILU

    Sore itu hari Kamis, 5 Juli 2012, Reza tidur cukup nyenyak di kostan nya, seharian dia berada di kampus rasanya cukup membuat Reza kelelahan juga. Cuaca sore itu tenang, tidak panas dan tidak pula mendung, baru saja Reza terbangun dari tidur, handphone_nya pun berdering ada SMS yg masuk. Dengan muka ngantuk dan nyawa yg belum sepenuhnya terkumpul, dibacalah SMS itu, pesan dari ayuk Rey, namanya Reyyanti, dia sama-sama berasal dari palembang, satu daerah dengan Reza. Isi pesannya,"Kak, nilai baja aku E, kek mana ini?". Langsunglah Reza terhenyak dan buram pikirannya. Reza pun membalas pesan tersebut."gimana yuk? nilainya dgn siapa?"., mulai bertanya-tanya.

    Reza dan Rey, mahasiswa tingkat akhir di Teknik Sipil di salah satu perguruan tibggi ternama di Indonesia. Mereka berdua mengikuti suatu mata kuliah Teknik Sipil di bidang struktur yaitu Baja. Level kesulitan mata kuliah ini sungguh luar binasa. Presentase kelulusan mahasiswa yg mengambil mata kuliah ini pun bisa dibilang minim.

    Reza mencari informasi, dengan siapa daftar nilai mata kuliah baja tersebut, tanya kesana kemari. Akhirnya seorang teman memberi lewat SMS, "baja lu dpt E"., jeegeeeer. Dunia serasa runtuh. Sebelumnya dengan penuh harapan, semoga nilai baja ini Reza mengharapkan untuk mendapatkan nilai minimal D.

    Rey mengajak Reza untuk menghadap dosen mata kuliah baja tersebut, Rey berencana malam nya akan berangkat bersama Retha, salah satu teman Reza juga yg mengambil mata kuliah baja. Janji ketemuan jam 7 malam di depan Toserba universitas.

    Dengan bermodalkan motor pinjaman temannya, berangkatlah Reza dengan motor bebek biru, berpakaian kemeja rapi seperti mau kuliah., hanya saja karena sudah malam, dia menggunakan sandal jepit.

    Ketemuan ditempat yg telah ditentukan sebelumnya, Reza, Rey, dan Retha pun berangkat menuju kerumah dosen baja tersebut, jaraknya dari kampus tidak terlalu jauh untungnya. Sesampainya di rumah dosen tersebut, tampak dari luar kosong. Mobil yg biasa bapak itu gunakan pun tidak ada.

    "Coba kita telpon dulu pak Ray, gmna?" ucap Reza kepada Rey dan Retha.
    "Kek nya lu j tha, nelpon bapak itu". sambung Rey kepada Retha.

    Retha pun jadi grogi,"yah, kenapa gw sih?" ujarnya.

    Akhirnya Retha pun mau menelpon Bapak itu, Pak Ray. Setelah bertanya ngobrol lewat telpon, ternyata pak Ray bersama istrinya buk Rasti yg sama-sama dosen di Teknik Sipil, sedang bepergian keluar bersama keluarganya. Kalau mau menunggu, sekitar 1 jam lagi baru sampai rumah., ungkap Retha kepada Reza dan Rey.

    Di kanebo yg gelap dan remang-remang, duduklah 3 mahasiswa semester 8 yg masih berurusan dengan mata kuliah., saling bercakap-cakap., menunggu pak Ray pulang. Ketika lagi sedang menunggu, sepertinya ada mahasiswa yg lain, temen Reza, si Rahmad . Mereka pun jadi tertawa melihat tingkah Rahmad yg bengong liat kesana-kemari. Gak lama, si Rahmad pergi, tampaknya dia juga mau ngadep perubahan nilai, dari C+ dia mau berubah B., hmm.

    Setelah agak lama menunggu akhirnya pak Ray dan keluarganya pulang., perasaan semakin dagdigdug., tak menentu dilingkupi rasa malu. Kemudian mereka bertiga langsung diajak masuk kedalam rumah pak Ray. "ayo, masuk" ajaknya.

    Reza, Rey, dan Retha pun duduk diruang tamu pak Ray, cat berdinding putih dengan ruangan ukuran sekitar 3x6 m,dan lampunya yg cerah menyilaukan mata. Reza duduk di kursi sofa yang panjang bersama Rey, Retha di kusi sofa sendirian dan pak Ray dekat dengan Reza namun beda kursi. Dimulailah percakapan malam itu antara mahasiswa dan dosen.,

    pak Ray., "jadi, kenapa?" tanya dirinya kepada 3 mahasiswa yg memasang muka melas., hmm.
    Saat itu pun ketiga mahasiswa ini masih ragu untuk menutarakan apa yg ingin disampaikan sebenarnya. Saling pandang dan memberi kode untuk memulai pembicaraan.

    Akhirnya Retha pun angkat bicara., "hmm, begini pak, mengenai nilai baja. mau minta tolong pak untuk meluluskan nilai kami." ungkap Retha dengan ucapan kaku dan penuh harap.

    Pak Ray pun mengambil daftar nilai yg sudah diprint, kemudian mengecek berapa nilai kami sebenernya. Sekitar 5 menit dia memperhatikan selembar kertas itu, kemudian dia berujar,"buat kamu Retha, sepertinya kamu nilai masih bisa jadi D, hmm, tapi untuk Reza dan Rey, kalian cukup sulit untuk bisa lulus".

    Suasana langsung sunyi senyap diruang tamu pak Ray. Dengan suara yg sedikit lirih, Reza pun berkata, "Apakah nilai itu tidak bisa dinaikkan lagi pak?". Pak Ray yg tampaknya sedikit kecapekan terlihat jelas dari ekspresi wajahnya. Tampak dia mengambil kertas ujian mahasiswa dan mengecek nama satu per satu kertas, dilihatnya hasil kerjaan mahasiswanya yg beraneka ragam itu. Diletakkannnya ke atas meja didepan pak Ray setelah agak lama.

    "Nilai kalian itu sudah saya buat sebaik mungkin proporsi pembagian nilainya. Saya sudah pusing mengotak atik nilainya agar kalian itu bisa pada lulus. Sebenernya saja hanya 5 orang mahasiswa yg lulus mata kuliah ini. Untuk merubah 2 poin nilai saja itu membutuhkan 20 poin nilai dalam ujian. Jadi sepertinya cukup sulit untuk merubah nilai kalian." ujar pak Ray panjang lebar.

    "Bagaimana kalo kami mengerjakan tugas atau perbaikan pak?", tanya Rey penuh harap. Semoga masih ada kesempatan untuk merubah nilai untuk bisa lulus.

    Suasana pun kembali hening., semuanya sibuk dengan pikiran dan perasaannya masing-masing. Pak Ray pun berusaha menyindir secara halus terhadap ketiga mahasiswanya untuk segera pulang. "Sudah nak, saya ini pun belum sholat isya", ujar pak Ray dengan nada sedikit kesal.

    "Hmm., pak. Kami minta tolong pak, untuk memberikan kami nilai D saja" Reza memohon. Kemudian pak Ray berkata, "Apa D? Emangnya siapa yg mau memberi kalian nilai C?". jleeeb. Rasanya sangat menusuk perasaan Reza dan kedua temannya. Maksud mereka sebenernya hanya cukup dengan nilai D saja mereka bisa lulus dan akan sangat berterima kasih sekali kepada pak Ray apabila hal itu terjadi.

    "Memangnya apa yg membuat kalian ingin bener lulus?" tanya pak Ray.

    Kemudian Reza pun berusaha menjawab pertanyaan pak Ray tersebut, "Begini pak, bulan juli ini kami mau KP (kerja praktek) jadi kami tidak bisa mengikuti SP (semester pendek) pak untuk memperbaiki nilai baja kami. Selain itu juga saya dan Rey sudah menjalankan skripsi dan semester depan siap seminar".

    Pak Ray kemudian menyela dan berujar,"Kalo sudah tau begitu kenapa tidak serius belajarnya, kalian harus berusaha kan.". Tiap orang juga punya permasalahan masing-masing, jadi jangan membebankan masalah kamu kepada orang lain". Cukup tegas pak Ray berkata disini. Dia memang terkadang sering mengucapkan kata-kata bijak hikmahnya soal perkuliahan dan kehidupan.

    Lagi dan untuk kesekian kalinya, kami pun terhenyak. Hening, sunyi dan senyap di ruangan yg cerah itu namun hati dan perasaan kami yg sedang suram.

    "Saya minta tolong banget pak, masih tidak bisa juga pak?", dengan nada suara yg rendah dan penuh harap Reza berkata kepada pak Ray.

    Sambil menggelengkan kepalanya, pak Ray berkata, "tidak bisa". "Terserah kalian mau bilang saya apa, saya sudah pusing mikirinnya",dengan nada yg agak kesal.

    Sedih rasanya, ketiga mahasiswa semester akhir ini masih saja berurusan dengan nilai dan perkuliahan, dimana mereka seharusnya sudah mulai untuk memikirkan wisuda lalu bekerja.

    Rey akhirnya berbicara mengenai masa depan perkuliahannya, menceritakan mengenai KP, skripsi, kurikulum baru, dan kulia terbimbing. Pak Ray tampak sedikit menerima ucapan Rey. Setelah itu, diberikan saran oleh pak Ray mengenai nilai baja ini. "Lebih baik kalian mengambil kuliah terbimbing, itu lebih elegan dari pada kalian meminta nilai seperti ini".

    TRIIIING !!!
    Seperti mendapat pencerahan, mahasiswa ini pun mulai mendapatkan harapannya kembali. Harapan agar bisa lulus wisuda Maret Tahun depan.

    "Jadi kami bisa pak ikut kuliah terbimbing untuk mata kuliah baja ini?" bertanya-tanya.

    "Iya, sepertinya kalian bisa, coba saja dulu tanya kejurusan. Bagaimana sistem nya"., Pak ray berkata.

    Reza dan Rey yg duduk bersebelahan, berdiskusi sejenak. Menimbang dan memikirkan mengenai kuliah terbimbing ini. "Coba besok kita tanya dulu ke Kajur kita Pak Radhar, Rey. Bagaimana?" tanya Reza kepada Rey.

    "Yo, oke kak. Besok kita tanya", setuju Rey terhadap usulan Reza.

    "Hmm., iya pak. Sepertinya kami akan mengambil kuliah terbimbing"., ujar kedua mahasiswa ini kepada pak Ray. Mereka sudah merasa cukup untuk mengharapkan perubahan nilai, mungkin kuliah terbimbing ini jalan lain yg coba diambil.

     "Kalo begitu, kami pamit pulang dulu pak, Terima kasih", ucap Reza, Rey, dan Retha.

    "Iya," pendek kata pak Ray kepada mereka.

    Setelah itupun, Rey dan Retha berboncengan pulang. Dan Reza pun pulang ke kost an nya. Hari telah beranjak malam. Tak terasa mereka telah sejam lamanya mengobrol di rumah dosen mereka.

    Penuh harap-harap cemas., ketiga mahasiswa ini pulang ke tempatnya masing-masing.


    Sekian................................................




    No comments:

    Post a Comment

    Silahkan anda beri komentar dengan menggunakan kata yang baik, tidak SARA, berwawasan, boleh juga diselingi dengan humor yang cerdas :) Terima kasih (y)

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...