Di saat dirimu masih muda saat ini, usiamu masih sekitar dua puluh an tahun., belum adanya seperempat abad mengisi waktu di bumi.
Gairah dan semangat muda mu begitu menggelora seakaan hidup tak akan ada habisnya dan masa itu akan berlangsung selamanya.
Ketika rutinitas hidupmu menyibukkan diri dengan segala kegiatan dan pekerjaan, mulai dari berangkat pagi hingga jam pulang normal., terkadang dirimupun menyempatkan diri untuk melepas lelah sekedar berkumpul bersama atau makan dan bersuka ria hingga saat malamnya tiba.
Langkah kakimu tertahan dijalanan ibu kota yang kian hari kian ramai, macet, penuh sesak dengan lalu lalang riuhnya kendaraan dan orang sepanjang perjalanan. Lama nian sempat kau untuk pulang.
Semua rasa lelah, letih, lesu, lunglai, dan layu tubuhmu menghinggap hingga ke dalam tulang sumsum rangka tengkorakmu. Tak tertahankan, betapa aktivitas rutin yang dirimu lakukan begitu dan begitu adanya membuat rasa kantuk tiba.
Malam makin larut, tubuh lemahmu yang indah dan buat ku takjub., terdengar suara lirihmu sayu mencoba untuk memanggil dan menyapaku diriku. Apakah aku baik-baik saja di kejauhan tempat dengan dirimu yg berada disini, di kota ini.
Barang lima, sepuluh, mungkin lima belas menit percakapan malam yang terkesan ala kadarnya itu. Komunikasi penghubung rindu beralun dengan teduhnya malam bergaung dengan angin yang berderu. Dirimu berusaha menggapai diriku meskipun tak 1 mili dalam ukuran jarak raga ini bisa bersatu.
Malam hanya sebagai selimut tidurmu, dan ketika pagi menjelang, mata indah mu terbuka menatap dunia. Bersiap melanjutkan kerja.
................
Akhir pekanmu kini siap menyambut kerlingan semangat untuk istirahat dari semua rasa penat.
Pagi menjelang siang, dirimu nan jauh menggerakkan diriku yang terkapar rindu. Lintas alam, jarak dan waktu tak mempengaruhi sudut kepercayaanmu. Aku berharap begitu.
Hingga sore yang kian menguning., dirimu dengan pekerjaan berbenah rutinmu, selalu begitu.
Akankah malam kita bisa bertegur sapa layaknya orang yang sudah lama tak berjumpa. Tapi sudahlah., temanmu atau temanku tampak lebih nyata dihadapan mata dan raga kita masing-masing. Aku yakinkan itu.
,...............
Setelah apa yang ku senandungkan dalam rangkaian kata berujung kalimat.
Cinta kita kelak kan merapat???
Tanyaku dalam khidmat.
Perubahan drastis yang nantinya dirimu dan diriku jalani, tak setaktis dan manis seperti kisah legenda di negeri peri.
Pada suatu saat nanti, dirimu terbangun dan membangunkan diriku. Memulai hari yang kosong untuk diisi. Dari pagi sampai aku kembali, tiada kesibukan buat dirimu berarti. Atau sekedar menjalankan hobi, bercerita basi dengan temanmu nanti, mencoba beberapa aktivitas kegilaan yang kiranya belum sempat kau jalani dimasa mudamu, ini.
Tak bisa kubayangkan., dirimu sendiri. Setiap hari begitu saja kau jalani. Menungguku pulang dengan muka letih dan badan yang kian ringkih.
Apakah semua ini rela dan pantas untuk kau pilih? Hai, pujaan hati.
.................
Sebelum diri dan hatimu membatu., nikmatilah masa mudamu. Ingat aku, yang tak seberapa ini kelak akan hidup bersamamu, seumur hidupmu. Aku mencoba untuk tidak melarangmu, biarkan saja jiwamu terisi penuh, dengan kegembiraan bersama dengan teman dan kerjaan mu.
Hingga saatnya nanti kau siap untuk memilih.
Buatmu, kekasih hati.
Dari diriku, yang lebih dan kurangnya seperti ini kau ketahui.